Siwa Ratri : Jenis dan Filosofinya
Mdelapan.com - Tata cara pelaksanaan Brata Siwaratri sesuai Keputusan Seminar Kesatuan Tafsir:
• 𝗝𝗲𝗻𝗶𝘀 𝗕𝗿𝗮𝘁𝗮 𝗦𝗶𝘄𝗮𝗿𝗮𝘁𝗿𝗶:
A. Tingkatan Utama, melaksanakan:
1. Monabrata (berdiam diri dan tidak berbicara)
2. Upawasa (tidak makan dan tidak minum)
3. Jagra (berjaga, tidak tidur)
B. Tingkatan Madhya, melaksanakan:
1. Upawasa
2. Jagra
C. Tingkatan Nista, hanya melaksanakan:
1. Jagra
• 𝗨𝗽𝗮𝗰𝗮𝗿𝗮 𝗱𝗶𝗺𝘂𝗹𝗮𝗶 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝘂𝗿𝘂𝘁𝗮𝗻 𝘀𝗲𝗯𝗮𝗴𝗮𝗶 𝗯𝗲𝗿𝗶𝗸𝘂𝘁:
a. Maprayascita sebagai pembersihan pikiran dan bathin.
b. Ngaturang banten pajati di Sanggar Surya disertai persembahyangan kehadapan Sang Hyang Surya, mohon kesaksian-Nya.
c. Sembahyang ke hadapan leluhur yang telah Sidha Dewata mohon bantuan dan tuntunannya.
d. Ngaturang banten pajati ke hadapan Sang Hyang Widhi Siwa. Banten ditempatkan pada Sanggar Tutuan atau Palinggih Padma atau dapat pula pada Piasan di Pamerajan atau Sanggah.
Kalau semuanya tidak ada, dapat pula diletakkan pada suatu tempat di halaman terbuka yang dipandang wajar serta diikuti sembahyang yang ditujukan kepada:
- Sang Hyang Siwa.
- Bhatara-bhatari Samodaya.
Setelah sembahyang dilanjutkan dengan nunas Tirta Pakuluh. Terakhir adalah masegeh di bawah di hadapan Sanggar Surya. Rangkaian upacara Siwaratri ditutup dengan melaksanakan Dana Punya.
e. Sementara proses itu berlangsung agar tetap mentaati Upawasa dan Jagra.
Upawasa berlangsung dari pagi hari pada panglong ping 14 sasih (selasa) yaitu pukul 06.00 sampai esok (rabu pagi) pada pukul yang sama (24 jam).
Setelah itu sudah bisa makan nasi putih berisi garam dan minum air putih. Jagra yang dimulai sejak panglong ping 14 berakhir besok harinya pukul 18.00 (36 jam).
f. Persembahyangan seperti diatas, dilakukan tiga kali, yaitu pada hari menjelang malam panglong ping 14 sasih kapitu, pada tengah malam dan besoknya menjelang pagi.
Kenapah namah siwaya?
Karena Śruti mengatakan "namaḥ śivāya ca śivatarāya ca," namaḥ artinya "salam". Penulisan namaḥ śivāya di Bali ditemukan dalam lontar Sanghyang Mahājñāna, Śiwatattwa Purāṇa, dan Jñānasiddhānta.
Kenapa bukan nama siwa ya?
Tanpa h juga valid jika seorang Sādhaka mempertimbangkan setiap suku kata sebagai Bījamantra (NA, Ma, Si, Wa, Ya). Penulisan nama śivāya di Bali ditemukan dalam lontar Budhakecapi dan Aji Swamandala.
Umumnya saya denger nama siwaya di masyarakat
Perubahan kata akibat dialek yang kemudian mengarah pada perubahan semantik, seperti halnya kata léak, liak, atau léyak.
Apakah ada doa atau mantra lain selain ini admin?
Banyak sekali, tetapi apakah kita semua adalah seorang Dvijā? Hanya seorang Dīkṣita yang boleh melafalkan praṇavā “oṃ”. Pañcākṣara sudah mewakili semua mantra, bahkan Gāyatrī lahir dari mantra lima suku kata ini.
'Tidak ada jaminan bahwa jika mantra lain dicapai, mantra Pañcākṣara juga akan dicapai. Tetapi jika mantra Pañcākṣara dicapai, mantra lainnya akan tercapai.' (Śivapurāṇa 7.2.14.72)
Dalam Brata Siwaratri, kita mengenal *Praktik Monabrata* alias berdiam diri dan tidak bicara. Praktik Monabrata ini bagaimana tepatnya dipahami dan dipraktikan?
Apakah:
1. Dipahamai secara "tekstualis". Dalam artian kita benar-benar berdiam diri dan tidak bicara?
2. Dipahami secara "kontekstualis". Dalam artian, hanya meninggalkan perkataan-perkataan buruk yang tidak ada manfaatnya.
Kemudian, istilah _tidak bicara_ ini apakah hanyak melibatkan lisan?
Ataukah termasuk tulisan? Mengingat manusia modern lebih banyak berkomunikasi via tulisan.
Mengendalikan bicara bukan berarti tidak berbicara sama sekali secara paksa (mauna brata). Sikap tutup mulut itu mungkin ada gunanya dalam kondisi-kondisi tertentu, karena pada akhirnya pembicaraan itu tetap dibutuhkan.
Puasa bicara adalah puasa berbicara tentang hal-hal yang negatif, namun aktif berbicara tentang hal-hal positif bagi kemajuan rohani yakni memuji keagungan Tuhan, berjapa, mengucapkan mantra, dan sebagainya.
Dengan begitu, fungsi lidah menjadi positif yaitu memuji keagungan nama, wujud, sifat-sifat dan kegiatan Tuhan.
Demikianlah Siwa Ratri : Jenis dan Filosofinya kami rangkum dengan mengedepankan aspek konteks yang komplek dan terperinci. Svaha!.
Belum ada Komentar untuk "Siwa Ratri : Jenis dan Filosofinya"
Posting Komentar