Tumpek Landep (Filosofi Maknanya)

Mdelapan.com - Tumpek Landep dirayakan pada Saniscara atau hari sabtu Kliwon wuku Landep, secara perhitungan kalender Bali, Tumpek landep dirayakan setiap 210 hari sekali.
 
Kata Tumpek sendiri berasal dari “Metu” yang artinya bertemu, dan “Mpek” yang artinya akhir, jadi Tumpek merupakan hari pertemuan wewaran Panca Wara dan Sapta Wara., dimana Panca Wara diakhiri oleh Kliwon dan Sapta Wara diakhiri oleh Saniscara (hari Sabtu). 
 
Tumpek Landep Makna dan Filosofinya

Sedangkan Landep sendiri berarti tajam atau runcing, maka dari ini diupacarai juga beberapa pusaka yang memiliki sifat tajam seperti keris, tumbak, pisau dan lainnya.
 
Dewasa kini, senjata lancip itu sudah meluas pengertiannya. Tak hanya keris dan tombak, juga benda-benda hasil cipta karsa manusia yang dapat mempermudah hidup seperti sepeda motor, mobil, mesin, komputer dan sebagainya. 

Benda-benda itulah yang diupacarai. Akan tetapi ada satu hal yang tidak boleh disalah artikan, dalam konteks itu umat bukanlah menyembah benda-benda teknologi., tetapi umat memohon kepada Ida Sang Hyang Widi dalam manifestasinya sebagai Ida Bhatara Sang Hyang Pasupati yang telah menganugerahkan kekuatan pada benda tersebut sehingga betul-betul mempermudah hidup (berguna untuk manusia).


Filosofi Tumpek Landep

Dalam Tumpek Landep, Landep yang diartikan tajam mempunyai filosofi yang berarti bahwa  Tumpek Landep merupakan tonggak penajaman, citta, budhi dan manah (pikiran). Dengan demikian umat selalu berperilaku berdasarkan kejernihan pikiran dengan landasan nilai-nilai agama. 

Dengan pikiran yang suci, umat mampu memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk.
 
Tumpek landep merupakan tonggak untuk mulat sarira / introspeksi diri untuk memperbaiki karakter agar sesuai dengan ajaran-ajaran agama. 

Pada rerainan tumpek landep hendaknya umat melakukan persembahyangan di sanggah/merajan serta di pura. 

Memohon wara nugraha kepada Ida Bhatara Sang Hyang Siwa Pasupati agar diberi ketajaman pikiran sehingga dapat menjadi orang yang berguna bagi masyarakat. 

Pada rerainan tumpek landep juga dilakukan pembersihan dan penyucian pusaka warisan leluhur.
 
Menurut Dharma Wacana dari Ida Pedanda Gede Made Gunung, Jika menilik pada makna rerainan, sesungguhnya upacara terhadap motor, mobil ataupun peralatan kerja lebih tepat dilaksanakan pada Tumpek Kuningan, yaitu sebagai ucapan syukur atas anugerah Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas sarana dan prasara sehingga memudahkan aktifitas umat, serta memohon agar perabotan tersebut dapat berfungsi dengan baik dan tidak mencelakakan.
 
Jadi bisa disimpulkan menurut pendapat kami bahwa Pada Rahina Tumpek Landep hal yang paling utama yang tidak boleh dilupakan ialah hendaknya kita selalu ingat untuk mengasah pikiran (manah), budhi dan citta

Dengan manah, budhi dan citta yang tajam diharapkan kita dapat memerangi kebodohan, kegelapan dan kesengsaraan serta mampu menekan perilaku buthakala yang ada di dalam diri.

Ngewangsuh Ring Paibon, Pura Ibu
Prosesi "Ngewangsuh" Saat Tumpek Landep

Upakara dan Upacara Untuk Pura Dadia/Paibon

Untuk pura dadia membuat banten tumpek landep yang dikoordinir oleh Jro Mangku, sareng srati banten. Adapun beberapa banten tumpek landep yang dipakai pada saat ngewangsuh duwe Ida Bhatara ring pura Paibon yakni:

Bagi anggota tiap-tiap keluarga membuat Banten asokasi untuk persembahyangan sore hari di pura dadia/ibu, biasanya mulai pukul 2-3 sore (waktu bisa berubah sewaktu-waktu sesuai dengan keadaan).
 
Tetapi sebelumnya dimulai/diawali dari ngewangsuh duwe Ida Bhatara, seperti keris, pis bolong dan lainnya yang di simpan pada kamar penyimpenan dadia.
 
Setelah diwangsuh, krama dadia nunas tirta wangsuh tersebut setelah melakukan persembahyangan (bhakti ring pura dadia).


Prosesi "Ngewangsuh" Saat Tumpek Landep

Setelah ngewangsuh peralatan dirumah masing-masing dan melaksanakan persembahyangan tumpek landep, krama dadia melangsungkan wangsuh lan bhakti ke pura ibu.

Di pura Ibu, diawali dengan ngewangsuh ring pajenengan (penyimpenan) dumun, lantur mebhakti ring jroan, setelah Jro mangku usan nganteb.

Setelah sembahyang (mebhakti) ring jroan lantur ke pajenengan natab, selanjutnya setelah natab baru nunas paice dari lungsuran Ida Bhatara Kawitan (pajenengan).

#Krama dados majuret lungsuran.

Sarana dan Mantra Tumpek Landep

Dilihat dari Filosofi dan Makna Rahina Tumpek Landep terdapat sarana dan mantram yang dilafalkan,

Sarana :

- Pejati ( tingkatan madya )
- Bungkak gading / toya
- Dupa 3 batang

Mantra :

Om Sanghyang Pasupati Ang, Ung, Mang ya Namah swaha.
Om Brahma Astra Pasupati, Visnu Astra Pasupati, Siva Astra Pasupati, Om ya namah svaha.

Om Sanghyang Surya Chandra tumurun maring Sanghyang Aji Sarasvati, Tumurun maring Sanghyang Gana,

Angawe Pasupati mahasakti,
Angawe Pasupati mahasiddhi,
Angawe Pasupati mahasuci,
Angawe pangurip mahasakti,.
Angawe pangurip mahasiddhi,
Angawe pangurip mahasuci,
Angurip sahananing raja karya teka urip, teka urip, teka urip.

Om Sang Hyang Akasa pertiwi Pasupati, angurip ... ( sebutkan nama benda yang akan di pasupati ) ...

Om eka vastu avighnam svaha
Om sang – bang- tang – ang – ing – nang-mang- sing- wang- yang- ang- ung – mang.

Om Brahma Pasupati
Om Visnu Pasupati
Om Shiva sampurna ya namah svaha.

Kemudian masukkan bunga ke dalam air / bungkak gading yang telah disiapkan.

Dengan demikian maka air / toya bungkak gading tersebut sudah menjadi Tirtha Pasupati, dan siap digunakan untuk mem-pasupati diri dan benda-benda lainnya.

Prosesi Ngewangsuh Lan Mebanten Pasupati Tumpek Landep
Prosesi Ngewangsuh Lan Mebanten Pasupati Tumpek Landep

Kesimpulan Filosofi dan Makna Rahina Tumpek Landep

Tumpek Landep adalah hari raya rangkaian dari rahina suci Saraswati, dan rahina suci Saraswati merupakan turunnya ilmu pengetahuan untuk Manusia.

Pagarwesi merupakan hari syukur untuk membuat perlindungan dari ilmu pengetahuan (memagari diri).

Sehingga, rahina suci Tumpek Landep bertujuan untuk menajamkan pikiran menjadi lebih baik dalam menjalani kehidupan ini.

Dulunya tumpek landep memakai sarwa landep ( runcing ) sebagai simbolisasi, karena seiring jaman terjadi pergeseran kepada sarwa besi sebagai simbol syukur kepada Hyang Pasupati.

Sebagian besar referensi kami ini berasal dari dharma wacana: Ida Pedanda Gede Made Gunung dan akan terus di update secara berkala.

Belum ada Komentar untuk "Tumpek Landep (Filosofi Maknanya)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel