Alur Cara Mebyakala Di Karangasem

Mdelapan.com - Urutan atau alur atau tata cara melakukan pebyakalaan/mebyakala di setiap daerah mungkin berbeda-beda sesuai dengan tempat, situasi dan keadaan (desa kala patra).


MAKNA BYAKALA

Dilihat dari maknanya, kata Byakala atau Byakaon dalam Hindu Bali dapat dibagi menjadi dua suku kata:
 
Baya dan Kaon
 
Baya artinya segala sesuatu malapetaka / marabahaya,
Kaon artinya menyeimbangkan / menghilangkan. 

 
Sehingga Pengertian dari Byakala / Byakaon adalah penetralisir kekuatan bhuta kala yang sifatnya buruk / negatif sehingga mencapai keseimbangan lahir dan bhatin dalam kegiatan upacara.

Pabyakalaan ini juga berfungsi sebagai sarana menstanakan, mengembalikan, memanggil agar premana atau karisma (taksu) pada suatu bangunan dan diri manusia kembali bersinar dengan cerah.

Setelah Tri Bhuwana, Tri Mandhala, Tri Premana dan Tri kaya kita terlepas belenggu mala atau kekotoran membelenggunya, dengan sinar Atma yang cerah akan dapat menyatu dengan sinar Ida Sang Hyang Widhi, sebagai sumber dari segala kehidupan (Wijayananda, 2004: 75).

Banten Byakala/Bayakaon digunakan untuk memohon kekuatan kepada Sang Hyang Agni agar segala perilaku  terhindar dari segala hal-hal yang tidak baik atau yang membahayakan.  

Dalam penggunaan banten byakala, dijalankan pada bangunan bagian bawah (ring sor), dalam tubuh manusia dilaksanakan pada bagian kaki. Sedangkan dalam wujud Tri Bhuwana sebagai pensucian bhur loka

Pada Tri Mandala dilaksanakan pada nistha mandala, di dalam Tri Premana sebagai pensucian bayu, dalam wujud Tri Kaya sebagai pensucian dari perilaku ataupun perbuatan (Wijayananda, 2004: 71-72).  

Pada upacara tutug kambuhan banten byakala sebagai sarana untuk menghilangkan semua gejolak negatif yang bersumber dari ahamkara (egoisme), pada saat proses upacara byakala tirtha dipercikkan ke bawah atau dari pinggang ke bawah dan diayab ke belakang.   


*** Untuk Banten Byakala Berisi Sarana Getih Celeng.

Contoh Banten Byakala seperti pada gambar dibawah ini,
Banten Byakala



Pada Lontar Rare Angon disebutkan: 
 
Banten Byakaon inggih punika maka sarana ngicalang sekancanin pikobet-pikobet sane nenten becik, dumugi sidha galang apadang".


Prasarana Banten Lain Mebyakaon

Selain bebantenan byakala, prosesi pebyakalaan/mebyakala juga dilengkapi prasarana bebantenan Durmanggala dan banten Prayascita.

Pagilih banten byakala, durmanggala dan prayascita lihat disini


Menurut prosesinya dan manfaat masing-masing bebantenan memiliki fungsi berbeda, seperti:

Banten Byakala prosesinya untuk natab dibawah/ngayab kebawah, Banten Durmanggala untuk di tengah (natab ke dada) dan Prayascita ngayab/natab ke atas (duur/surya).

Cara buat banten Byakala bisa dilihat disini

Panduan buat banten Durmanggala lihat disini

Tutorial buat banten prayascita lihat disini

Cara/Alur "Mebyakala/Pabyakalaan" di Karangasem:
 
Pertama-tama berbaris dari umur yang lebih Tua dahulu sampai umur  Terkecil dan yang menjalankan pebyakalaan adalah yang paling kecil umurnya.
Tata Cara Byakala/Byakaon


Note: Untuk anak yang belum ketus gigi tidak diperbolehkan untuk mengikuti prosesi pabyakalaan ini.

Semua prasarana pabyakalaan dipersiapakan dengan baik seperti Tirta Byakala, Tirta Prayascita, Tirta Durmanggala, Dupa (Api), Bunga (Puspam), Banten Byakala dan lainnya.

Jro Mangku sebagai penganteb banten byakala atau purusa yang lebih tua dan dilakukan di halaman / pekarangan rumah.

Setelah selesai menghaturkan banten-banten soda utawi penyakcak ring merajan dan pelinggih-pelinggih rumah, lalu Jro Mangku selesai Nganteb / ngastawa selanjutnya natab Byakala, Durmanggala dan Prayascita.



Cara Menjalankan Sarana Byakaon / Pabyakalaan:

Cara/Alur "Mebyakala/Pabyakalaan" di Karangasem, pertama-tama yang pertama dijalankan adalah,

 
1. Keskes Berisi Sambuk (Diusap 3 kali setiap persendian mulai dari atas kanan ke kiri: Pundak, Siku, Pergelangan tangan dan jari-jari, Lutut, Pergelangan Kaki dan Jari-jarinya), nanti setelah diusap di bakar pada api takepan.
 

2. Segau (Diusap pada tangan dan jari-jari terbalik/punggung tangan).

3. Sampat (Cara sama dengan no. 3).

4. Daun-daunan Rangkap {Dap-dap, Ambengan, Padanglepas yang diikat benang tridatu}, (Cara sama dengan no. 1), Biasanya dalam sastra tidak ada sarana ini.

5. Telur, (Cara sama dengan no. 1)

6. Baas Kuning di usap-usap pada tangan dan jari.

7. Toya Anyar (Meketis 3 kali pada punggung tangan kanan dan kiri menghadap kebawah).


 
Celek (Pencet) prasarana mirip sumping, gunakan jari tengah  kiri untuk nyelek 3X, 
{Nasi Metajuh = untuk cowok, Nasi Metimpuh = untuk Cewek}.


Selanjutnya memutar sebanyak 3 kali berlawanan arah jarum jam, ayabang kebawah, lalu tanjung taluh sebanyak 3 kali. Penanjung telur terakhir dipecahkan.

Lanjutkan dengan meketis pada byakala, durmanggala dan prayascita;

{Ketisang dumun ring banten wau ke orangnya}

Meketis Tirta Byakala = natab / ayabang ke bawah, Setelah meketis dapat benang putih dari banten byakala, pakaikan di pergelangan tangan kanan, yang sebelumnya dijepit dahulu oleh jari-jari tangan.

Dapat benang merah, yang nantinya saat natab pabyakalaan ini benang merahnya dipasang di jari kaki kiri.

M3ketis Tirta Durmanggala = natab / ayabang ke dada.

Meketis Tirta Prayascita = natab / ayabang ke atas / luhur.

Selanjutnya keliling rumah 3 kali (Ngrupuk) untuk pabyakalaan ring nyepi, jika rahina penampahan galungan langsung muspa/mebhakti ring merajan.

Setelah muspa ring merajan, Banten Byakala di lebar (saagang) di lebuh,

 
Note :
Khusus Untuk Banten prayascita dan banten durmanggala dipakai besoknya boleh (Rahina Galungan) untuk pebersihan.
 
Setelah pebyakalaan selanjutnya sembahyang di merajan / kemulan dan selesaikan persiapan / banten-banten untuk besoknya rerahinan galungan atau penyepian (pengrupukan keliling desa).


N0TE Untuk Galungan

--> Pasang gantung-gantungan setelah byakala apabila ada waktu dan kondisi sedang bagus.

--> Banten pebyakalaan ini dilakukan saat sebelum (Sehari sebelum) melaksanakan rahina suci Galungan atau Sebelum Rahina Brata Penyepian (tawur kesanga).

--> Apabila alur dan tata cara pelaksaan pebyakaonan diatas belum sesuai dengan tata cara di tempat/lingkungan anda, hendaknya bisa dipakai acuan referensi saja.

INGAT saat hari raya besar agama Hindu janganlah sekali-kali bangkitkan SADRIPU anda karena, kepercayaan Hindu di Bali, SADRIPU tersebut akan kembali lagi di hari raya besar yang akan datang.

** Semua berdasarkan desa kala patra dan kebiasaan dalam setiap keluarga.

Dalam Kitab Bhagawadgita sloka 9.26, disebutkan;
 
patram puṣpam phalam toyam
yo me bhaktyā prayacchati
tad aham bhakty-upahṛtam
aśnāmi prayatātmanaḥ


Artinya:

Apa yang dipersembahkan kepadaku, sehelai daun, setangkai bunga, setetes air, buah atau biji-bijian dengan cinta bhakti dan kesadaran yang murni, akan  Ku terima.



Bagi blogger yang ingin mencopy atau menjiplak konten kami, tolong sertakan sumber link url agar konten anda juga menyebarkan hal-hal positif ke seluruh umat Hindu.

Semoga informasi Alur Cara Mebyakala Di Karangasem ini bermanfaat untuk kita semua sebagai umat sedharman dan mohon saran kritik membangun agar konten kami ini terus berkembang.

Dumogi kita semua umat sedharman rahayu! Svaha tat astu!

Belum ada Komentar untuk "Alur Cara Mebyakala Di Karangasem"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel