Buda Cemeng / Buda Wage Kelawu

Mdelapan.com - Filosofi hari raya suci Hindu yang jatuh pada buda wage cemeng kelawu merupakan simbolisasi hari kesejahteraan dan kemakmuran mahluk hidup.

Manifestasi Tuhan yang dipuja pada rahina suci ini adalah Dewi Laksmi atau Ida Bhatara Rambut Sedana.

Buda Wage

Simbol fisik berupa barang seperti emas, berlian atau uang merupakan sarana/alat pembayaran bagi manusia tetapi bukan tujuan utama manusia mengejar/mencari uang, karena uang bukan segalanya di dunia ini.

Secara tidak langsung manusia memang mengejar uang atau materi di dunia ini, tetapi jika manusia tidak bisa mengendalikan diri dan terus memikirkan uang adalah segalanya maka dia akan terbelenggu dengan dunia kegelapan ini.

Semua referensi dari konten tentang Buda Wage atau Buda Cemeng Kelawu ini berdasarkan dari kitab Sarasamuscaya dan Lontar Sundarigama.

Lontar Sundarigama menjabarkan, Buda Wage Kliwon yang disebut juga Buda Cemeng Kelawu yakni hari suci pemujaan Bhatari Rambut Sadana. Saat itu diyakini sebagai saat beryoganya Bhatari Rambut Sadana.

Dalam tradisi agama Hindu di Bali, “Bhatari Rambut Sedana” dipuja sebagai “Dewi Kesejahteraan” yang menganugerahkan harta kekayaan, emas-perak (sarwa mule), permata dan uang (dana) kepada manusia.

Kegiatan peringatan “Sri Sedana” yang lazim disebut “Rambut Sedana” merupakan hari raya atau odalan bagi uang maupun nafkah yang telah dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa kepada umat Manusia.

Dalam sistem kalender Bali, Buda Cemeng Klawu atau Buda Wage Klawu yang jatuh setiap hari Rabu pada wuku Klawu di penanggalan Bali, merupakan hari perayaan / piodalan Ida Bhatara Rambut Sedana yang diperingati setiap 210 hari atau 6 bulan sekali oleh masyarakat Hindu di Bali.

Pemujaan pada hari ini lebih banyak diperuntukkan untuk Bhatara Sri Sedana. Dewi Kekayaan, kemakmuran, kemurnian, dan kedermawanan selalu dihubungkan dengan Dewi Laksmi.

Dilihat dari arti katanya yaitu “Sri” artinya beras, dan “Sedana” artinya uang atau dengan kata lain bagian dari nafkah, maka perayaannya dilakukan di lingkungan rumah tangga dan juga pura di lingkungan desa adat.

Dalam kitab Sarasamuscaya disebutkan, harta kekayaan, termasuk uang yang didapat hendaknya dibagi tiga. Sepertiga buat memenuhi keperluan hidup (kama), sepertiga buat diinvestasikan atau diputar lagi (arta) sehingga menjadi terus bertambah. Sisanya sepertiga lagi mestilah didermakan, di-yadnya-kan (dharma).


Pesu-pesuan Banten Ring Pura Dadia Untuk Tiga Bersaudara, Saat;
 
Buda Wage Kelawu, Sugian Menak Jawa dan Purnama Kedase, saat nyanang (Kecuali odalan besar, pesu-pesuan lain bantennya).

D'Mastika
** Banten Pengambean.

Saat Sugihan Jawa D'Mastika polih pesuan ring puseh tipat kelan atanding, daksina asiki lan banten soda 3 tanding.

Kembar (Bomer)
** Banten Guru 
** Buutenan
** Daksina

Banten Guru untuk bomer diletakan pada/ dipersembahkan ke Dewa Hyang.

AdiMantra (Lekonk)
** Banten Guru
** Segehan Ajengan Putih (8 tanding)

Banten Guru Untuk Lekonk diletakan di Dasar


Katerangan banten buutenan bisa dilihat pada catatan dibawah postingan ini:

Buutenan
Tetandingan Buutenan

{Banten Guru ring pura paibon dibuat oleh Wik Ngenteg, Lekonk dan Boomer, untuk pepeson wik ngenteg di letakan ring Ibu}


Banten Guru
Banten Guru

Untuk banten dirumah cukup banten penyakcak atau banten sodaan, dan persembahyangan ring pura dadia biasanya dilaksanakan pada sore hari.

Untuk banten penyakcak atau sodaan rahina buda wage sebenarnya kalau bisa dibuat rata 30 banten  yang dibagi menjadi 3 (15 untuk dirumah dan 15 untuk di ibu), dikarenakan kondisi dan halangan kerja atau situasi yang tidak didukung maka dibuat seikhlasnya (yang punya waktu/libur bisa buat banten untuk dirumah dan dipura ibu).

 
CATATAN:
"Buutenan atau tetandingan buu berisi sarana segau, pis bolong agancet.

Jaitan tetandingan buutenan; isinya nasi diatasnya berisi kacang saur, rampe (bunga sam-sam) dan segau (banyak). 

Tempatnya memakai bokor kecil berisi beras sama pis bolong satak (agencet).

Untuk krikkramas; berisi nyuh mekikih, limau, jaje gine metunu, kapas berisi minyak kelapa, dan dupe mekerik sebagai minyak wangi. 

Diatas krikkramas berisi suar petak (diisi atas ceper untuk ngayabang) dan berisi Buu.

Untuk tempat krikkramas cemper isi celemik/tangkih 5 biji yang dijahit menjadi satu ikat".

Untuk informasi lainnya tentang Buda Wage/Buda Cemeng Kelawu akan diperbaharui kembali. Salam rahayu!. Svaha!

Belum ada Komentar untuk "Buda Cemeng / Buda Wage Kelawu"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel