Penampahan, Kuningan dan Manis Kuningan

Mdelapan.com - Rahina Suci Galungan berlalu dan 10 hari kemudian adalah Rahina Suci KUNINGAN, Adapun rangkaian acaranya seperti berikut :

Mulai dari Hari Pemaridan Guru, Ulihan dan Pemacekan Agung, selanjutnya kita menyambut: Penampahan Kuningan, Rahina Kuningan dan Manis Kuningan.

Kemulan Rong 3 dan Rong 2 Karangasem


Penampahan Kuningan : Secara filosofis perayaan penampahan Kuningan sebenarnya diartikan agar sifat hewani yang ada di dalam diri manusia sirna atau bisa dikendalikan, sehingga dalam perayaan Kuningan keesokan harinya kita bisa terbebas dari sifat hewani tersebut.


Prasarana Ngias Gantung-gantungan saat penampahan Kuningan ring Kemulan dan lainnya:

  • Pada Penunggun karang tidak berisi brengkong/endongan
  • Yang berisi endongan ring Pura Ibu, Kemulan Rong 3, Rong 2, Taksu, Anglurah, Bhatari Sri, Sanggah Kembar, Pelangkiran-pelangkiran, motor dan mobil.

 
PEPESON BANTEN PEJATI dan SODAAN SAAT KUNINGAN UNTUK DIRUMAH DARI TIGA BERSAUDARA 

Pagilih Pejatian dan Sodaan ring kemulan bisa Dilihat Disini

Banten lainnya seperti dijelaskan dibawah ini dibut oleh tiga saudara dan TETAP setiap Kuningan kecuali "Sodaan & Pejati Bergantian",
 


BANTEN LAINNYA:
D'Mastika, Kembar dan AdiMantra : 

Masing-masing membuat =>

* Banten Penyakcak 18 tanding (dirumah 10 tanding sudah termasuk ibu dadong, dadie 8 tanding),

Sokasi 2 Untuk Pura Puseh & Dalem
Canang kecag 3 tanding

Segehan manca warna 3 biji
Ceniga 10 biji
Pajeng 10 biji

Tamiang 10 biji
Berengkong 20 biji (lebeng 10 & matah 10).

(isi brengkong lebeng : "canang kecag pakai tumpeng kecil + sampian peras kecil"),

(isi brengkong matah (simbol cowok): "keladi dan bije ratus")


CATATAN :
Setiap SUGIHAN Jawa, GALUNGAN dan KUNINGAN, Banten Sodaan dan Pejati dibuat bergilir/bergantian oleh 3 bersaudara. 

Brengkong (lebeng dan matah) total 30 pasang dibagi 3 bersaudara (pukul rata pade 10 pasang) sesuai pembagian tertulis diatas.

Setiap Kuningan pesu-pesuan untuk pura dadie : Brengkong matah lebeng + Tamiang + Ceniga (mekesami pade apasang).

Pemasangan Brengkong : Brengkong dikiri dan Gantung"an dikanan (gantungan hanya 1 biji saja) tanpa memakai ceniga/lamak.

Setiap banten berisi sulangi (untuk nasi kuning) dan Sampiyan petangas + Canang.

Setiap KUNINGAN sembahyang  sebelum pukul 12 siang sudah selesai kecuali di banjar juuk manis (karena ngerainin/nyungsung Ida Bhatara Bebotoh).

Setiap KUNINGAN sembahyang  keliling, ada yang ke carik, prajepati, mobil dan dilakukan seperti saat galungan sebelumnya, bedanya jangan lewat sampai pukul 12 siang dan ada tambahan sarana tambahan brengkong serta lainnya.



Kuningan : Memiliki makna “kauningan” yang artinya mencapai peningkatan spiritual dengan cara introspeksi agar terhindar dari mara bahaya.
 
"Dikutip dari Bhagawan Dwija" makna dari Kuningan yaitu mengadakan janji/pemberitahuan/nguningaang baik kepada diri sendiri, maupun kepada Ida Sanghyang Parama Kawi, bahwa dalam kehidupan kita akan selalu berusaha memenangkan dharma dan mengalahkan adharma (antara lain bhuta dungulan, bhuta galungan dan bhuta amangkurat).
 
Endongan/Brengkong maknanya adalah perbekalan. Bekal yang paling utama dalam mengarungi kehidupan adalah ilmu pengetahuan dan bhakti (jnana). Sementara senjata yang paling ampuh adalah ketenangan pikiran. 

Sarana lainnya, yakni Ter dan sampian gantung. Ter adalah simbol panah (senjata) karena bentuknya memang menyerupai panah. Sementara sampian gantung sebagai simbol penolak bala.
 
Bhagawan Dwija menjelaskan pada Hari Raya Kuningan, Ida Sanghyang Widhi Wasa memberkahi dunia dan umat manusia sejak jam 00 sampai jam 12. Jadi di saat itu sangat tepat kita datang menyerahkan diri kepada-Nya mohon perlindungan. 


Kenapa batas waktu sampai jam 12 siang, dikarenakan energi alam semesta (panca mahabhuta : pertiwi, apah, bayu, teja, akasa) bangkit dari pagi hingga mencapai klimaksnya di bajeg surya (tengah hari). 

Setelah lewat bajeg surya disebut masa pralina (pengembalian ke asalnya) atau juga dapat dikatakan pada masa itu energi alam semesta akan menurun dan pada saat sanghyang surya mesineb (malam hari) adalah saatnya beristirahat (tamasika kala).

Pada Hari Raya Kuningan juga dibuat nasi kuning sebagai lambang kemakmuran dan dihaturkan sesajen-sesajen sebagai tanda terimakasih dan suksmaning idep kita sebagai manusia menerima anugerah dari Sang Hyang Widhi.

Dapat diambil kesimpulan melalui perayaan Hari Raya Kuningan inilah kita diingatkan untuk selalu ingat menyamabraya, meningkatkan persatuan dan solidaritas sosial, dan umat diharapkan selalu ingat kepada lingkungan sehingga tercipta harmonisasi alam semesta beserta isinya serta tidak lupa akan ingat mengucap syukur kepada Tuhan, Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala karunia-Nya.


MANIS Kuningan : Rangkaian persembahyangan pada Manis Kuningan;

Persembahyangan ke Pura Kawitan Arya Kepakisan Ring Klungkung (Biasanya dari pagi berangkat).

Persembahyangan ke Pura Desa Juuk Manis (Biasanya pukul 3-4 Sore sehabis datang dari Pura Kawitan).

Meprani pukul 1-2 Siang (makan bersama) di Pura Desa Juuk Manis (Biasanya dengan keluarga dadong / Ayah Tusan).

Sore Pukul 5 Sangkepan Dadie sekaligus ngelugas wastre paibon,. Perarem baru setiap manis galungan mengadakan sangkep wajib semua krama pengarep dan pengopog dan di manis kuningan hanya tedun ngelugas wastra.

Belum ada Komentar untuk "Penampahan, Kuningan dan Manis Kuningan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel