Kenapa Mayat Di Kremasi Versi Hindu?
Kremasi berasal dari kata ker yang artinya panas api, jadi kremasi bisa diartikan menghilangkan jasad atau jenasah dengan cara dibakar (krematorium).
Penting juga dipahami orang Hindu Bali jika meninggal jasadnya tidak selalu dibakar. Jikalau misalkan kematiannya dekat dgn hari raya Hindu, jadinya di kuburkan saja, karena takut asap (leteh) kremasinya mengenai tempat suci yang lagi ada acara.
Tidak semua juga jasad Hindu Bali dibakar tergantung adat istiadat setempat, Hindu itu sangat fleksibel, sesuai adat desa kala patranya.
Dalam agama Hindu tujuan prosesi kematian ini adalah menyatu dengan Panca Maha Bhuta yaitu 5 unsur pembentuk alam semesta (Bhuana Agung), yang terdiri dari:
Pertiwi (Tanah),
Apah (Air),
Teja (Cahaya/Api),
Bayu (Angin) dan
Akasa (ruang kosong/ether.
Pada diri makhluk hidup (Bhuana Alit) unsur Pertiwi diwakili oleh unsur padat seperti tulang, Apah diwakili oleh cairan seperti darah atau cairan lainnya, Teja diwakili oleh panas atau suhu tubuh, Bayu diwakili oleh nafas dan Akasa yaitu rongga rongga pada tubuh kita seperti rongga mulut, anus, dan lainnya.
Jadi tidak masalah mau dikubur atau dibakar atau hanya kering oleh angin seperti kuburan di Desa Trunyan semuanya menyatu dengan Panca Maha Bhuta.
Cuman rata rata orang Bali lebih memilih dibakar karena diantara semua tata cara pemakaman, cara dibakar lah yg paling cepat menyatu dengan Panca Maha Bhuta sedangkan cara lain membutuhkan waktu.
Ada juga beberapa pengecualian bagi pembakaran mayat seperti yg sudah disebutkan di atas salah satunya karena ada upacara agama.
Yang terpenting bukan tata cara nya, tetapi sarana nya agar sesuai dengan sastra ditambah dengan doa bagi arwah.
Ada juga sebagian umat yang memilih di kubur dahulu sembari mengumpulkan dana untuk upacara ngaben, karena biayanya tidak sedikit.
Bisa jadi juga menunggu ngaben masal dibarengi oleh keluarga yang lain yang sudah meninggal, karena biasanya di Bali ada sistem 5 tahun sekali ngaben masal, menurut beberapa tempat.
Setiap dilangsungkan ritual upacara "Ngaben" (sawa wedana/atiwa-tiwa/pembakaran jenazah) atau upacara "Mapendem" (Mati ditanam), dan setiap kali melewati pertigaan atau perempatan jalan raya, dari atas bade atau usungan jenazah selalu ditaburkan "Sekar Ura", yang berupa :
Beras kuning, sebagai perlambang kemakmuran,
Pis bolong atau uang kepeng, perlambang kebahagiaan,
Daun temen, perlambang keharmonisan dalam persaudaraan dan persahabatan.
Sekar Ura yang ditaburkan dari atas bade atau usungan jenazah ini adalah "bahasa perpisahan" dalam bentuk upacara.
Orang yang meninggal berharap keluarga yang ditinggalkan dapat hidup makmur dan bahagia.
Sekar Ura ini juga sebagai penghalau dedemit (setan/Bhuta Kala), agar tidak mengganggu roh orang yang meninggal.
Dalam perjalanan menuju setra, bade atau wadah itu diiringi oleh suara gamelan "Gilak Balaganjur" dengan suara gemuruh gegap gempita.
Gamelan Gilak Balaganjur ini dimaksudkan untuk membangkitkan unsur-unsur Panca Maha Bhuta dari orang yang diaben untuk diupacarai, agar tidak lagi membelenggu Sanghyang Atma.
Belum ada Komentar untuk "Kenapa Mayat Di Kremasi Versi Hindu?"
Posting Komentar